Sejarah
Gunung salak merupakan salah satu gunung yang terdapat di wilayah Kecamatan Cijeruk Kabupaten bogor, yang mana disana terdapat salah satu wilayah yang tepat dibawah kaki gunung yaitu Desa Cibalung, Asal mula Nama Cibalung berasal dari kata Ci yang apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti Air dan Balung merupakan salah satu bahasa sunda kuno yang bila diartikan adalah Tulang, dan apabila di gabung utuh menjadi satu kesatuan kalimat bisa diartikan air tulang. Mengandung arti bahwa merupakan simbol dari karekteristik warganya yang mempunyai jiwa semangat yang pantang menyerah dengan ideologinya yang sangat keras tidak mudah menerima pendapat orang- orang dari luar khususnya dalam menjaga adat istiadat dan budaya religinya tetapi walaupun demikian masyarakatnya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan dan kesatuan mengedepankan rasa kegotong-royongan dalam kehidupan sehari-harinya .
Sebelum terbentuknya Pemerintahan Desa Cibalung, Daerah ini hanya merupakan daerah kecil yang ada di wilayah Kecamtan Cijeruk, namun seiring meningkatnya laju pertumbuhan penduduknya sehingga berpengaruh pada wilayah yang semakin luas. Pada jaman penjajahan pemerintah kolonial belanda Cibalung merupakan wilayah yang sangat rawan dari segi keamanan karena disini banyak lahir pejuang-pejuang kemerdekaan yang menentang pendudukan tentara kolonial belanda.
Penggagas nama Cibalung pertama kali berasal dari mayarakat itu sendiri dengan tokoh-tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh pada jaman itu, Salah satu tokoh yang merupakan seorang yang boleh dibilang jawara ahli bela diri bahkan orang-orang Belanda menyebutnya dengan sebutan seorang pribumi pembangkang yang kerap membuat kekacauan-kekacauan. Dia adalah seorang putra dari sepasang petani yang kesehariannya yang tak pernah mengenal lelah untuk bekerja keras. Lampe dia mempunyai nama panggilan dan sekaligus dia merupakan kuwu pertama di Desa Cibalung. pada masa itu kepemimpinan belum ada batasan waktu menjadi seorang Kepala Desa, jadi selama masih bisa danmau dan masih dipercaya masyarakat tetap berlanjut.
Pada pemerintahan kuwu yang kedua dan ketiga tak banyak perubahan- perubahan yang sangat berarti selain kepengurusaan-kepengurusan yang lebih terorganisir seperti contoh di bidang pengaturan pajak untuk pemasukan pemerintahan pada jaman itu lebih ditekankan.
Pada jaman pemerintahan kuwu ke empat yang di pimpin oleh kuwu Awid berbarengan dengan pelucutan tentara kolonial belanda sekaligus masa transisi penjajahan dari tangan belanda jatuh kepada pihak jepang yang pada saat itu masyarakat lebih populernya menyebutnya dengan sebutan tentara Nipon. Pada Masa itu adalah masa terberat karena bahan pangan sangat sulit di dapat karena dikuras habis tentara Nipon untuk kepentingan-kepentingan mereka yang digunakan untuk bekal berperang di asia raya.
Pada jaman pemerintahan lurah/kuwu pertama terjadi pemberontakan DI/TII yang pada saat itu mengganggu stabilitas keamanan pemerintahan pada jaman itu, masyarakat dan aparat keamanan bahu membahu melawan para pemberontak-pemberontak keamanan tersebut, dari kedua belah pihak banyak sekali menelan korban jiwa sehingga menjadi trauma yang sangat mendalam pada kelurga – keluarga warga yang kehilangan sanak saudaranya akibat kejadian tersebut.
Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi yang ada Desa Cibalung sekarang berbeda dengan Desa Cibalung yang dulu namun Jiwa semangat dan rasa persatuan tetap dikedepankan demi menjaga keutuhan bangsa dan Negara kesatuan republik Indonesia.